Pengertian perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 1995).
Faktor yang mempengaruhi perkembangan
Ada 2 kelompok besar, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan sendiri masih dibagi dalam aspek-aspek lebih kecil, seperti lingkungan pranatal, lingkungan post natal, lingkungan biologis, fisik, psikososial, spiritual, lingkungan keluarga, dan sebagainya.
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan ini merupakan lingkungan “bio–fisiko– psiko–sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal) : gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksin/ zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoksia embrio.
b. Lingkungan biologis : ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon. Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan dan perkembangan anak. Perkembangan anak menurut Denver yang terdiri dari motorik kasar, bahasa, motorik halus dan personal sosial diatur oleh area-area tertentu dalam otak. Sel otak atau disebut neuron, merupakan unit aktif system saraf. Neuron terdiri dari sel saraf dan proses sel saraf (axon dan dendrit).Proses penghantaran rangsangan oleh neuron atau sel saraf berlangsung secara elektris melalui proses kimiawi (neurotransmitter).
Energi dan protein berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan jaringan otak. Berbagai mikronutrien juga mempengaruhi perkembangan jaringan otak. Kekurangan seng (Zn) dan besi (Fe) misalnya, secara langsung menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak. Selain itu disebutkan pula zat-zat tersebut ada relevansinya dengan perbanyakan sel glia, myelinasi, pertumbuhan dendrit dan pembentukan sinaps. Konsekuensinya kelak dapat mengganggu kemampuan anak memecahkan masalah dan mengingat informasi, serta mengurangi daya cipta. Lebih banyak dendrite yang terbentuk berarti lebih banyak sinaps yang berpotensi untuk lebih berkemampuan dalam belajar. Jika pada masa puncak pembentukan dendrite tidak tersedia cukup zat gizi, maka jumlah sinap yang terbentuk akan berkurang dan pada gilirannya fungsi mental berkurang seperti. Demikian juga jika proses myelinasi terganggu dapat mengakibatkan penurunan prestasi belajar dan kelainan perilaku di kemudian hari.
c. Faktor lingkungan fisik : cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah (struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian), radiasi.
d. Faktor lingkungan psikososial : stimulasi, motivasi belajar, ganjaran ataupun hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih sayang, dan kualitas interaksi anak–orang tua.
e. Faktor lingkungan keluarga dan adat istiadat : pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah ibu, adat istiadat, norma-norma, tabu-tabu, agama, urbanisasi, dan kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar